18 Mei 2012

~Resep Anti Futur sesuai Lajur!~

 “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,” (TQS. An-Nisa’:95)
“Aku GALAUUUU......”
Sontak lengkingan berbau futur mengagetkan seisi jagat raya(duilee...).
Serius, ini bukan bermaksud niru2 iklan yang nongol di benda ajaib berbentuk kubus dan berkabel alias TiVi apalagi promo. Kan saya bukan sales yang menjajakan gorengan, hehe.
Yup, ini kata emang paling laris saat ini. Gimana enggak, ketika berbagai ujian menerpa dan bikin aktifitas jadi keliatan gak berselera alias jadi ngendon, rasa-rasanya satu kata ini udah cukup mewakili. Na’am, shohih. G-A-L-A-U. Alias GARPU. Eh, GALAU ding.
Galau. Sekilas kalo diucapkan emang keliatan enteng bin ringan. Tapi... kalo mau ditimbang-timbang, sebetulnya lumayan berat. Ada kali 5 kg. Haha. Bukan. Maksudnya emang lumayan bikin hati en pikiran merem-melek  nggak bisa tenang. Apalagi ditambah dengan segudang persoalan yang semakin menggila aja di era Kapitalis kayak sekarang. Duuh...
Rasanya si AnDi Lau makin populer. Yang kata anak2 muda nih, itu singkatan dari Antara Cinta dan Dusta. Ups, salah ya? Oiya, Antara Dilema dan Galau.
Nah, biar nggak kebanyakan cincau, kali ini saya hanya ingin memfokuskan galau ala Pengemban Da’wah. Walah... emang ada?
Ya ada lah... namanya juga manusia, pastilah ada kalanya sedikit down dengan segudang aktifitas, termasuk mengurusi umat. Bedanya, kalo untuk pengemban da’wah, bukan galau lagi sebutannya. Ada yang lebih keren, Futur namanya. Lha??? Futur kog keren??? 
Ehm, emang gak bisa dipungkiri, adakalanya ketika kita berinteraksi dengan masyarakat kita ada sedikit2 futur alias down. Entah mungkin karena ucapan2 pedas dan tajam yang menyayat telinga, dijauhi orang2, fisik yang kurang mendukung(mudah sakit mungkin), doku untuk menjalani kebutuhan juga lagi nipis, atau seabreg masalah yang saya yakin tiap orang beda-beda. Bahkan yang paling amit-amit bikin jengkel ya penyakit males dari pengembannya sendiri. Merasa cukup tsaqofah itu ngetem dalam dirinya tanpa ada aplikasi dan penyampaian kepada orang lain.
Sebelum saya berbagi resep dari apotik nih, ada baiknya kita kenali dulu gejala-gejalanya, kawan. Mudah aja kog. Bisa keliatan dari: menunda-nunda waktu sholat; ngajinya jarang2; males baca2 buku penambah tsaqofah; kalo dapat amanah ngisi atau jadi panitia acara keislaman muter mulu bahkan ogah-ogahan; musik,bacaan en tontonannya nggak ada bau-bau Islamnya sama sekali bahkan cenderung pada berbau kemaksiatan(biasanya kalo udah over dosis bawaannya jadi lupa dengan amanahnya terhadap umat); sibuk ngurusin kerja en urusan duniawi ketimbang da’wah en urusan akhirat; pelit shadaqoh en infaq(kalo nggak punya doku mah lain lagi ceritanya); suka ngobrol sana-sini nggak jelas juntrungannya; sibuk juga dengan urusan individu en hilang kepekaan terhadap umat; dan sebagainya. Sementara ini masih itu. kalo ada lagi ya silakan tambahkan. Hehe.
Nah, kalo udah futur kayak gini, bukan berarti nggak ada konsekuensi alias resiko. Malah justru sebaliknya. Selain para pengemban da’wah jadi merosot keimanannya, umatpun jadi makin terbengkalai. Maka, sudah seharusnya para pengemban da’wah menyiapkan tameng yang kuat biar terhindar dari virus yang satu ini. Dan kalau udah terlanjur, gimana?
Nah, berikut ada sedikit resep yang saya petik dari berbagai sumber sekaligus sedikit ramuan pribadi yang biasa saya tempel di tembok (maksudnya ya biar semangat terus... hehe).
Apa aja? Yuk kita intip!
1. Tanamkan dalam dirimu cita2 tertinggi yang mengarah pada kesempurnaan.
2. Jangan pernah letih dalam mengkaji dan memperdalam tsaqofah Islam.
3. Teliti ulang segala sesuatu. Jangan sampai ada pemikiran maupun hal-hal lain yang terkontaminasi ide dan budaya asing(di luar Islam).
4. Jauhkan diri dari segala hal yang dapat menjerumuskanmu dari kefuturan bahkan kemaksiatan.
5. Sabar dan ikhlas Lillaahi Ta’ala. Jangan sampai ada rasa keterpaksaan dalam diri kita saat mengemban misi mulia ini. Berat dan ringannya beban da’wah ini, tergantung bagaimana kita menyikapinya.
6.  Bila futur menggerogoti, segeralah kembali pada ALLAH dan Rasul-Nya.
7. Tingkatkan kualitas dan kuantitas ibadah mahdhoh-ghoyru mahdhoh kita kepada-Nya
8. Sering ikutan agenda2 dan acara2 yang mampu mendongkrak ghirah da’wahmu
9. Jangan lupa kita belajar keteladanan dari Rasulullah dan para Shahabat-Shahabiyah terdahulu. Ingatlah, ujian kita ini nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan ujian mereka kala itu.
10. Keep smile dan tetaplah semangat menggapai ridho-Nya!

Sedikit suplemen dan multi-vitamin, coba tanyakan pada dirimu. Sudah sejauh mana engkau mencintai ALLAH dan Rasul-Nya? Dimana Engkau menempatkannya di ruang hatimu?

“siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?’ (TQS. Fushshilat:33)

‘Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.’ (TQS.At-Taubah:24)



18 Mei 2012

~Resep Anti Futur sesuai Lajur!~

 “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,” (TQS. An-Nisa’:95)
“Aku GALAUUUU......”
Sontak lengkingan berbau futur mengagetkan seisi jagat raya(duilee...).
Serius, ini bukan bermaksud niru2 iklan yang nongol di benda ajaib berbentuk kubus dan berkabel alias TiVi apalagi promo. Kan saya bukan sales yang menjajakan gorengan, hehe.
Yup, ini kata emang paling laris saat ini. Gimana enggak, ketika berbagai ujian menerpa dan bikin aktifitas jadi keliatan gak berselera alias jadi ngendon, rasa-rasanya satu kata ini udah cukup mewakili. Na’am, shohih. G-A-L-A-U. Alias GARPU. Eh, GALAU ding.
Galau. Sekilas kalo diucapkan emang keliatan enteng bin ringan. Tapi... kalo mau ditimbang-timbang, sebetulnya lumayan berat. Ada kali 5 kg. Haha. Bukan. Maksudnya emang lumayan bikin hati en pikiran merem-melek  nggak bisa tenang. Apalagi ditambah dengan segudang persoalan yang semakin menggila aja di era Kapitalis kayak sekarang. Duuh...
Rasanya si AnDi Lau makin populer. Yang kata anak2 muda nih, itu singkatan dari Antara Cinta dan Dusta. Ups, salah ya? Oiya, Antara Dilema dan Galau.
Nah, biar nggak kebanyakan cincau, kali ini saya hanya ingin memfokuskan galau ala Pengemban Da’wah. Walah... emang ada?
Ya ada lah... namanya juga manusia, pastilah ada kalanya sedikit down dengan segudang aktifitas, termasuk mengurusi umat. Bedanya, kalo untuk pengemban da’wah, bukan galau lagi sebutannya. Ada yang lebih keren, Futur namanya. Lha??? Futur kog keren??? 
Ehm, emang gak bisa dipungkiri, adakalanya ketika kita berinteraksi dengan masyarakat kita ada sedikit2 futur alias down. Entah mungkin karena ucapan2 pedas dan tajam yang menyayat telinga, dijauhi orang2, fisik yang kurang mendukung(mudah sakit mungkin), doku untuk menjalani kebutuhan juga lagi nipis, atau seabreg masalah yang saya yakin tiap orang beda-beda. Bahkan yang paling amit-amit bikin jengkel ya penyakit males dari pengembannya sendiri. Merasa cukup tsaqofah itu ngetem dalam dirinya tanpa ada aplikasi dan penyampaian kepada orang lain.
Sebelum saya berbagi resep dari apotik nih, ada baiknya kita kenali dulu gejala-gejalanya, kawan. Mudah aja kog. Bisa keliatan dari: menunda-nunda waktu sholat; ngajinya jarang2; males baca2 buku penambah tsaqofah; kalo dapat amanah ngisi atau jadi panitia acara keislaman muter mulu bahkan ogah-ogahan; musik,bacaan en tontonannya nggak ada bau-bau Islamnya sama sekali bahkan cenderung pada berbau kemaksiatan(biasanya kalo udah over dosis bawaannya jadi lupa dengan amanahnya terhadap umat); sibuk ngurusin kerja en urusan duniawi ketimbang da’wah en urusan akhirat; pelit shadaqoh en infaq(kalo nggak punya doku mah lain lagi ceritanya); suka ngobrol sana-sini nggak jelas juntrungannya; sibuk juga dengan urusan individu en hilang kepekaan terhadap umat; dan sebagainya. Sementara ini masih itu. kalo ada lagi ya silakan tambahkan. Hehe.
Nah, kalo udah futur kayak gini, bukan berarti nggak ada konsekuensi alias resiko. Malah justru sebaliknya. Selain para pengemban da’wah jadi merosot keimanannya, umatpun jadi makin terbengkalai. Maka, sudah seharusnya para pengemban da’wah menyiapkan tameng yang kuat biar terhindar dari virus yang satu ini. Dan kalau udah terlanjur, gimana?
Nah, berikut ada sedikit resep yang saya petik dari berbagai sumber sekaligus sedikit ramuan pribadi yang biasa saya tempel di tembok (maksudnya ya biar semangat terus... hehe).
Apa aja? Yuk kita intip!
1. Tanamkan dalam dirimu cita2 tertinggi yang mengarah pada kesempurnaan.
2. Jangan pernah letih dalam mengkaji dan memperdalam tsaqofah Islam.
3. Teliti ulang segala sesuatu. Jangan sampai ada pemikiran maupun hal-hal lain yang terkontaminasi ide dan budaya asing(di luar Islam).
4. Jauhkan diri dari segala hal yang dapat menjerumuskanmu dari kefuturan bahkan kemaksiatan.
5. Sabar dan ikhlas Lillaahi Ta’ala. Jangan sampai ada rasa keterpaksaan dalam diri kita saat mengemban misi mulia ini. Berat dan ringannya beban da’wah ini, tergantung bagaimana kita menyikapinya.
6.  Bila futur menggerogoti, segeralah kembali pada ALLAH dan Rasul-Nya.
7. Tingkatkan kualitas dan kuantitas ibadah mahdhoh-ghoyru mahdhoh kita kepada-Nya
8. Sering ikutan agenda2 dan acara2 yang mampu mendongkrak ghirah da’wahmu
9. Jangan lupa kita belajar keteladanan dari Rasulullah dan para Shahabat-Shahabiyah terdahulu. Ingatlah, ujian kita ini nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan ujian mereka kala itu.
10. Keep smile dan tetaplah semangat menggapai ridho-Nya!

Sedikit suplemen dan multi-vitamin, coba tanyakan pada dirimu. Sudah sejauh mana engkau mencintai ALLAH dan Rasul-Nya? Dimana Engkau menempatkannya di ruang hatimu?

“siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?’ (TQS. Fushshilat:33)

‘Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.’ (TQS.At-Taubah:24)